Begitu saya berkata kepada sahabat saya yang tinggal di desa karena menanyakan hal yang paling membuat saya bersemangat membahasnya, tentang Hijab. Dia bercerita, tentang keinginannya konsisten untuk mengenakan kerudungnya, namun karena beberapa hal, keinginan tersebut masih selalu ditunda-tunda.
Salah satu perwujudan tentang konsisten menggunakan jilbab adalah adanya hidayah yang datang kepada seseorang. Hidayah dari Allah yang membuat kita mudah sekali melakukan kebaikan demi kebaikan. Dan semua itu wajib kita syukuri jika saat ini, kita sudah memilikinya.
Saya di Pantai Senggigi, Lombok |
Yang kedua adalah tentang niat dan keinginan dalam diri sendiri bagaimana bisa mewujudkan itu semua. Karena sebenarnya, masalahnya bukan datang dari orang lain, tapi dari dalam diri. Akan ada saatnya, seseorang mantab berjilbab tanpa ngurusin apa kata orang lain. Itu murni keinginan diri atas dorongan kebaikan. Disana, jika kita sudah pernah ngrasain gimana ademnya pake jilbab, saya yakin seyakin yakinnya.. pasti susah untuk melepasnya kembali.
Yang ada, semakin lama akan semakin lebar dan menjulur kebawah jilbab yang kita kenakan. Pernah suatu waktu saya kena skak oleh omongan teman disalah satu media sosial. Dan si teman ini memang sudah pakai jilbab panjang. Waktu itu, saya masih baru saja menggunakan jilbab yang alakadarnya. Bahkan pakaian yang saya gunakan masih jins dan kaos-kaos yang lumayan nempel di badan. Masa transisi butuh waktu, apalagi dulu saya gak punya uang banyak buat beli gamis-gamis syar'i atau mengganti celana jins saya dengan rok-rok panjang, saya sudah berniat tapi saya masih belum punya uang untuk membantu niat saya ini.
Disana teman saya menegaskan "Jilbab dan kerudung itu beda lho". Duh... Rasanya saya mati rasa, serasa diejek dan direndahkan dan seolah dia gak ngasih kesempatan kepada saya untuk berubah dan memang harus membutuhkan waktu. Memang sih beda sama dia yang udah punya penghasilan besar. Ya.. saya kan gak pernah sekolah gitu, jadi kerjaan ya cuma jadi babu aja hahaha.
Dari sana saya belajar, bahwa jika suatu saat nanti saya sudah mengganti pakaian saya dengan gamis-gamis lebar, saya gak akan mengatakan hal ini kepada saudara muslimah saya yang akan memulai kebaikan dengan menggunakan jilbab, sama sekali tidak akan. Karena direndahkan oleh orang lain, sama seperti membunuh niat baik dalam diri untuk berubah berjilbab jika niatan menjadi lebih baik belum tumbuh.
Percayalah, Kebaikan selalu melalui proses
Kalau menurut pengalaman saya, kebaikan ini selalu berproses dan malah tidak mudah. Saya malah ngerasa kalau-kalau Allah memang sayang sama kita. Baru kena omongan orang sedikit saja, jangan kita putus asa dan ninggalin kebaikan itu. Jika kita yakin dan sangat yakin yang kita lakukan adalah kebaikan, gak ada salahnya kalau terus dilakukan. Kecuali, misalnya kita ini nglakuin hal-hal buruk, baru risih deh kalau orang lain ngomongin kita.
Saya sendiri masih sering kok ngalamin yang kayak gini. Malah, datang dari saudara deket. Ya.. gitu deh, ngomentari kaos kaki yang saya pakai setiap keluar rumah.
"kenapa sih mbak kaki sampean ini, bubulen ta (bubulen itu istilah yang dipakai untuk nyebut penyakit kaki di tempat saya tinggal) Saya cuma senyumin aja perkataan itu.
Dan yang terakhir baru-baru ini, kedua bibik saya yang berkomentar saat saya mau keluar dari rumahnya tapi sebelumnya saya duduk mengenakan kaos kaki didepan mereka.
"Duh nul.. nul.. Ribet!"
Begitu komentar salah satu bibik saya, langsung saya jawab aja
"Lebih ribet urusan di akhirat nanti"
Sambil nyengir gitu mereka berdua nanggepin omongan saya, entah membenarkan atau mengingkari. Sayanya sih ngakak dalam hati wwkwkwk.. Ayolah, jika kita gak bisa lebih baik dari orang lain, gak usah pake nyinyir gitu kan enak. Kalo di skak gitu, piye coba haha. Wong yang saya lakukan InsyaAllah baik kok, InsyaAllah saya berusaha dan belajar untuk menutup aurat meski belum sesempurna orang lain yang sudah lebih dulu menjaga diri mereka. Ah.. kehidupan bersosial memang begitu, teman. Jangan takut dengan mereka, takut saja kepada azab Allah yang akan kita dapatkan. Karena jilbab memang sebuah kewajiban, dan saya yakin, kamu pasti sudah tau itu. Selamat menjemput ketentraman. Semoga sedikit pengalaman saya ini bisa menjadi pemicu semangatmu menjemput kebaikan. Aamiin.. Inget, kamu gak sendiri kalau soal di Nyinyirin sama orang lain, banyak temannya haha..
0 comments: