Rengkuh Banyu Mahandaru adalah salah satu pemenang anugerah pewarta Astra 2023 di bidang Kelompok dengan kegiatan ‘membuat kontainer makanan dari bahan pelepah pinang’ yang selama ini dianggap sebagai limbah pertanian.
Kisah perjalanan Rengkuh dalam mendirikan perusahaan Plepah untuk mewujudkan cita-citanya membuat desain yang bisa diterima oleh semua kalangan dan produk ramah lingkungan dimulai sejak ia duduk di bangku kuliah.
Rengkuh Banyu Mahandaru, image source from IG @rengkuh.banyu |
Filosofi “Tusuk Gigi”
Ketika masih kuliah di jurusan Seni Rupa dan Desain ITB, Rengkuh sangat mengagumi desain ‘tusuk gigi’ yang sederhana tapi bisa diterima oleh semua kalangan. Ia pun bermimpi suatu saat bisa menciptakan desain serupa, yaitu desain yang bisa diterima oleh semua orang.
Setelah lulus kuliah dan mulai bekerja sebagai staf ahli Badan Ekonomi Kreatif, mimpinya untuk membuat desain yang bisa diterima oleh semua orang masih terus berlanjut.
Hingga pada bulan September tahun 2018, ia berkesempatan mengunjungi salah satu kota terkenal di India yaitu kota Jaipur.
Jaipur sendiri dikenal sebagai salah satu kota yang menarik untuk dikunjungi oleh para penggemar sejarah maupun fotografer. Karena di tempat ini masih bisa dengan mudah ditemukan berbagai bangunan bersejarah atau bangunan-bangunan kuno.
Ketika berkunjung ke kota Jaipur inilah, Rengkuh mendapat inspirasi untuk membuat kontainer makanan dari bahan alami setelah menyaksikan masyarakat Jaipur menggunakan dedaunan untuk membungkus makanan.
Ketika kembali ke Indonesia, ide untuk membuat kontainer makanan dari bahan pelepah pinang coba ia wujudkan dengan mengajak BRIN bekerjasama dan mengajukan suntikan dana dari BRI.
Mewujudkan Mimpi Membuat Desain yang Bisa Diterima oleh Semua Kalangan
image source from @plepah_id |
Rengkuh memilih pelepah daun pinang sebagai bahan untuk membuat kontainer makanan bukanlah sebuah kebetulan.
Karena, ketika masih bekerja di bidang Pengembangan Komunitas Masyarakat Pinggir Hutan di Sumatera Selatan, ia menyadari bahwa di daerah ini terdapat banyak pohon pinang yang pelepahnya dianggap tidak lebih dari sampah belaka.
Itulah kenyataannya. Daerah Sumatera seperti Sumatera Selatan, khususnya di wilayah Musi Banyuasin serta di provinsi Jambi masih bahan terdapat banyak tersebar kebun pinang yang luasnya mencapai ratusan ribu hektare.
Setelah membuat perusahaan bernama “Plépah” dan membuat alat cetak kontainer makanan, rengkuh kemudian mulai memproduksi berbagai macam produk kemasan berbahan dasar pelepah pinang. Mulai dari, piring, mangkuk, hingga wadah makanan sekali pakai.
Dari satu pelepah bisa menghasilkan antara 2 hingga 3 kemasan sekali pakai, atau antara 3 hingga 4 buah piring lengkap dengan tutupnya.
Berbagai macam piring dan kemasan yang terbuat dari pelepah pinang ini ditawarkan dengan harga sekitar 2500-4500 rupiah per buah.
Harapan Baru bagi Petani Pinang
image source from @plepah_id |
Menurut Rengkuh, dari kebun seluas 2 hingga 3 hektar, setiap hari para petani pinang bisa mengumpulkan antara 5 hingga 10 kg pelepah kering yang jatuh secara alami dari pohonnya.
Setiap bulan, pabrik Plepah di Cibinong mampu memproduksi hingga 160.000 kemasan. Berbagai macam kemasan pelepah pinang tersebut sebagian besar diekspor ke luar negeri, dan 20% sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestic.
Apa yang dilakukan oleh rengkuh ini tentu saja merupakan sebuah prestasi yang sangat menginspirasi. Betapa tidak, Rengkuh sukses mengubah limbah pertanian menjadi produk ramah lingkungan, ia juga turut membantu para petani untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari pelepah pinang yang tadinya dianggap sebagai limbah pertanian.
Setiap bulan, para petani bisa menghasilkan antara 750.000 hingga 1,5 juta dari hasil berjualan pelepah pinang.
Terinspirasi Rengkuh Banyu Mahandaru
Terinspirasi dari apa yang dilakukan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru dalam membantu mengurangi penggunaan sampah kemasan makanan berbahan plastik maupun styrofoam, saya juga ingin berkontribusi bagi lingkungan.
Sejak mengetahui bahwa wadah makanan berbahan plastik dan styrofoam membutuh waktu antara ratusan tahun untuk bisa hancur, dan fakta bahwa plastik maupun styrofoam yang digunakan sebagai wadah makanan berpotensi menyebabkan berbagai masalah kesehatan, saya mulai mencari alternatif yang lebih sehat dan ramah lingkungan.
Diantara cara yang saya coba adalah dengan beralih dari wadah berbahan plastik ke wadah berbahan stainless steel atau kaca. Saya juga mencoba untuk mengurangi pemakaian plastik saat berbelanja di pasar atau ke minimarket dengan membawa sendiri tote bag atau shoulder bag yang selalu saya sediakan di jok motor.
Untuk kemasan sekali pakai, saya pribadi tertarik menggunakan wadah-wadah yang terbuat dari bahan alami seperti wadah dari daun atau yang dibuat dengan pelepah pinang seperti yang dibuat oleh Rengkuh Banyu Mahandaru.
Selain itu, saya juga mulai memilah sampah sejak dari rumah. Sampah-sampah organik sebisa mungkin akan saya ubah menjadi kompos untuk memupuk tanaman-tanaman di pekarangan sempit depan rumah.
Bagaimana teman-teman, apakah kalian juga sudah mulai memilah sampah dari rumah? Kontribusi apa saja yang sudah kalian lakukan untuk kebaikan lingkungan? Yuk share di kolom komentar.
0 comments: