Thursday, 6 February 2025

Mendidik Anak, Itu Urusan Orang Tua Bukan Orang Lain

MasyaAllah.. Luar biasa,

Hari ini Mas Kinza nggak sekolah karena tangannya cedera, bengkak dan sakit akibat waktu pulang dari mushola, mas Kinza jalan diatas pasir di perumahan yang akhirnya bikin dia terjatuh.

Setelah itu si Mas ngeluh sakit dan akhirnya pagi tadi tangannya bengkak dan keras, betull.. sepertinya ototnya mas Kinza kaget karena hentakan hebat menopang tubuhnya saat jatuh.

Karena kami adalah sekte jangan mudah berpijet-pijet ria, Abi memutuskan untuk sementara tidak membawa mas Kinza ke tukang pijit.

Sepertinya hanya butuh waktu aja buat cederanya bisa sedikit mereda. Sementara itu, seharian ini mas Kinza tidur-tiduran terus menerus, seperti malas mau ngapa-ngapain padahal yang sakit tangannya haha.

Kebetulan juga, ada temen pamer bunga di saya terus kita saling cerita kalau anakku sakit, sementara anaknya juga sakit karena habis minum air dari tremos panas.

Bedanya, dia langsung main kerumah sambil bawa salak, kerupuk dan donat sambil naik sepeda ontel, dan saya nggak kerumahnya hahahaha. Masih bingung masuk gang yang mana dan anaknya juga usah seminggu yang lalu sakitnya.

Cara Mendidik Anak

Dirumah kami ngobrol banyak, tentang anak-anak. Gimana cara mendidik mereka.

"Apakah cara mendidik saya terlalu keras ya" Katanya..

Sementara saya yang mendidik anak dengan kerasnya cuma senyum senyum aja hahha..

Jadi begini..

Setiap keluarga itu punya cara masing-masing buat mendidik anak-anak mereka. Selain itu, yang perlu digaris bawahi adalah.. Anak kita nggak sama kayak anak orang lain. Belum tentu jika anaknya yang mungkin kita sedang irikan karena ia penurut dll, belum tentu sama jika kita yang mengasuh.

Saya sering melihat orang tua yang mendidik anaknya dengan ilmu parenting cantik gemulai. Nggak ada kekerasan, nggak ada bentakan dan nggak ada pemaksaan. Pokoknya penganut sekte parenting halus dan curahan kasih sayang yang utuh.

Sementara menurut saya adalah, kasih sayang itu bukan hanya tentang ngasih yang enak-enak, melarang anak untuk "menderita" karena mungkin dulunya kita udah menderita. 

Saya mendidik anak penuh dengan kesadaran bahwa, hidup itu nggak selalu manis. Ayoo.. tak kenalin sekarang bagaimana nano-nanonya hidup itu. Penuh dengan warna dan gradasi yang berbeda-beda.

Belajar Dari Pengalaman

Pengalaman saya dalam cara mengasuh anak-anak bisa dibilang cukup banyak. Saya belajar dari keluarga China dan keluarga Jawa, keluarga Pebisnis, Dokter, Dosen bahkan keluarga dari seorang pecandu Narkoboy.

Otak kecil saya waktu itu udah menampung banyak hal yang seharusnya nggak boleh saya tampung. Hingga sekarang saya tersadar..

"Oooo.... begini sekarang hasil didikan mereka dulu"
"Ooooo... begini jadinya anak-anak yang mereka didik dengan keras"
"Jadi begini anak-anak yang hanya tau diurusin semua kebutuhannya, yang penting mereka tau beres gitu aja"

Semuanya sudah pernah saya lihat dan saya rasakan sekarang. Bahwa.. nggak semua larangan untuk anak-anak itu buruk untuk mereka Bahwa.. Segala hal yang kita biasakan sekarang untuk mereka, akan dirasakan saat mereka beranjak dewasa.

Bagiku dan Suami, Semua bisa dimaklumi.. Kecuali Tauhid dan Kejujuran Diri


Saya dan suami paling nggak mempermasalahkan apapun, kami bisa maklum dalam banyak hal kecuali soal Tauhid dan Kejujuran.

Pernah suatu waktu, Mas Kinza berbohong kepada kami, saat itu dia masih TK atau nggak kelas 1. Nggak seperti kebanyakan orang tua yang bisa memaklumi kebohongan seorang anak kecil, Abi justru marah besar dan tegas ngasih hukuman sama mas Kinza.

"Apa nggak kasian? Kan cuma anak kecil.."

Jangan ditanya kasian atau enggak, lebih kasian lagi nanti jika besar dia jadi seorang pembohong dan merugikan diri sendiri. Sambil memberikan peringatan, tentu kami menjelaskan bagaimana seorang pembohong hidup ditengah masyarakat. Nggak bakalan dipercaya lagi, nggak bakalan punya temen yang amanah dan udah pasti dibenci banyak orang.

Itukah yang dibilang sepele itu? Tentu ini bukan hal sepele. Ini menyangkut sebuah kebiasaan yang akan mereka bawa sebagai bekal hidupnya. 

Kami juga nggak pernah mengganti kata jangan dengan kata yang lebih halus seperti yang orang-orang perjuangkan. 

Lanjutannya besok ya.. Sudah ngantuk banget nih bund hahhaa.. Jadi intinya.. komentar orang lain itu nggak penting buat anak kita, yang penting adalah bagaimana kita memperlakukan anak-anak kita sebagai orang yang paling harus dididik, paling harus sering mengucapkan maaf dan terimakasih karena udah jadiin kita sebagai orang tua pembelajar.




Previous Post
Next Post

post written by:

Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

0 comments: